Showing posts with label Pemilu 2009. Show all posts
Showing posts with label Pemilu 2009. Show all posts

Saturday, July 25, 2009

Perolehan Kursi Berdasar Keputusan KPU, MK, dan MA



Perolehan kursi yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terpaksa diubah 2 kali akibat adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA). Putusan MK mengubah perolehan kursi hasil penghitungan tahap ketiga, sedangkan putusan MA mengubah kursi hasil penghitungan tahap kedua.

Putusan MK berkaitan dengan sisa suara parpol di dapil yang ditarik ke provinsi pada penghitungan tahap ketiga. Dalam keputusan KPU, hanya sisa suara dari dapil yang masih memiliki sisa kursi saja yang ditarik ke provinsi. Sedangkan dalam putusan MK, sisa suara yang ditarik ke provinsi adalah dari seluruh dapil, baik dapil itu masih memiliki sisa kursi atau tidak.

Adapun putusan MA terkait sisa suara parpol di tahap kedua. Dalam keputusan KPU, parpol yang telah memperoleh kursi di penghitungan tahap pertama hanya bisa menyertakan sisa suaranya untuk penghitungan tahap kedua. Sedangkan dalam putusan MA, parpol yang telah mendapat kursi di tahap pertama itu bisa menyertakan seluruh suara aslinya, bukan hanya suara sisa.

Baik putusan MK maupun MA mengubah konstelasi perolehan kursi tiap parpol. Namun hingga kini baik putusan MK maupun MA belum ditindaklanjuti oleh KPU. Berikut perbandingannya berdasarkan penghitungan yang dilakukan Center for Electoral Reform (Cetro) yang diterima detikcom, Sabtu (24/7/2009):

Keputusan KPU :
Hanura 18
Gerindra 26
PKS 57
PAN 43
PKB 27
Golkar 107
PPP 37
PDIP 95
PD 150

Putusan MK :
Hanura 16
Gerindra 26
PKS 57
PAN 46
PKB 28
Golkar 106
PPP 37
PDIP 95
PD 149

Putusan MA :
Hanura 6
Gerindra 10
PKS 50
PAN 28
PKB 29
Golkar 125
PPP 21
PDIP 111
PD 180

Perubahan perolehan kursi DPR pada pemilu kali ini semakin membuat rakyat bingung dan sangat tidak tertarik pada situasi saat ini, ini menandakan ketidakmampuan KPU sebagai penyelenggaran Pemilu 2009 dan menjadi catatan yang kurang baik bagi pemerintah yang berkuasa. Kenapa jadi semakin ruwet ya ?, apakah pasca keputusan MA ini, partai-partai yang merasa dirugikan tidak akan melakukan upaya hukum lainnya ? dan sampai kapan berakhir ?

Thursday, July 23, 2009

Final Election Results Confirm Victory For SBY-Boediono



Final vote counts from the July 8 presidential election released on Thursday showed that President Susilo Bambang Yudhoyono won re-election in a landslide with nearly 61 percent of the total vote, despite election officials rejecting demands by the campaign of third-place finisher Jusuf Kalla to halt the count due to voters list irregularities.

The campaign team of former President Megawati Sukarnoputri, who finished a distant second in the poll, vowed to contest the final results before the Elections Supervisory Board (Bawaslu) and Constitutional Court. Both Megawati and Kalla, the outgoing vice president, are refusing to sign off on the final results in protest.

Nonetheless, the General Elections Commission (KPU) is scheduled to formally declare the results on Saturday.

KPU chairman Abdul Hafiz Anshary said that the commission had no cause to stop the count, which began on Wednesday, because the objection from the Kalla camp pertained to the voters list and not the final vote count.

“The election results will still be legitimate, even without the signatures of witnesses or even KPU members,” he said at the commission’s headquarters in Central Jakarta.

The final results, from 33 provinces and overseas polling stations, show that Yudhoyono won 73,874,562 votes, or 60.8 percent; Megawati with 32,548,105 votes, or 26.79 percent; and Kalla with 15,081,814 votes, or 12.41 percent.

Yudhoyono won 28 provinces, Kalla four and Megawati one.

Nearly 50 million registered voters did not show up on election day, and 6.5 million ballots were declared invalid.

The results confirmed that Yudhoyono met the requirements to be declared the winner in one round. The law requires candidates to win more than 50 percent of the total vote and 20 percent of the vote in at least 17 provinces to avoid a runoff.

The final count was carried out amid unprecedented levels of security following the terrorist attacks in Jakarta last Friday. Visitors to the KPU headquarters were searched three times by police and forced to pass through an X-ray machine.

Police jammed phone signals inside the building, forcing journalists to make phone calls and send text messages outside.

Representatives of Megawati’s campaign only attended the first day of counting, while members of Kalla’s campaign walked out on Thursday.

Prior to the election, the Megawati and Kalla camps had protested that millions of eligible voters were left off the final voters list, and they have continued to cry foul for the past two weeks.

Zulfikar, an official from Kalla’s Golkar Party, on Thursday afternoon delivered a letter to KPU officials demanding that they stop the count because of “serious problems” with the voters list.

“We cannot agree to continue counting the election results since the voters list has been bad since the beginning,” he said.

Arif Wibowo, a senior member of the Megawati campaign, said that his faction had decided to join the Kalla campaign in rejecting the election results, calling them “against the law.”

As counting began, KPU officials caused an uproar by admitting that they secretly revised the final voters list just two days before the election.

Hasil Rekapitulasi Suara 33 Provinsi dan Luar Negeri




KPU telah merampungkan rekapitulasi nasional di 33 provinsi se-Indonesia dan luar negeri. Hasilnya sebagaimana bisa diprediksi, SBY-Boediono berada di puncak dan JK-Wiranto di buncit.


Dari hasil perhitungan akhir KPU ini telah memastikan Pasangan SBY dan Boediono telah memenangkan Pilpres 2009,

Data yang disampaikan KPU di Kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Kamis (23/7/2009), SBY Boediono memperoleh suara 73.874.562 atau 60,80 persen dari total
suara sah.

Sedangkan Mega-Prabowo menduduki posisi kedua dengan suara 32.548.105
atau 26,79 persen.

Posisi paling buncit ditempati JK-Wiranto dengan suara 15.081.814 atau 12,41
persen. Adapun total suara sah dalam Pilpres 2009 adalah 121.504.481.


Wednesday, July 22, 2009

Pengumuman Hasil Pilpres 25 Juli



Jika tak ada aral melintang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan memajukan pengumuman hasil rekapitulasi suara pemilu presiden yang sebelumnya dijadwalkan 27 Juli menjadi 25 Juli 2009. Hingga Rabu (22/7), KPU sudah merekapitulasi suara hasil pilpres dari delapan provinsi, yakni Bali, Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Sumatra Selatan, Gorontalo, dan Jawa Barat.

Di sejumlah daerah, perolehan suara pasangan SBY-Boediono sangat menonjol. Namun, khusus di Bali, Megawati-Prabowo masih menjadi pengumpul suara terbanyak, meski dibanding Pemilu 2004 suaranya cenderung menurun. Sedangkan di Riau, Partai Golkar yang pada 2004 menang mutlak, tahun ini suara pendukungnya diambil pasangan SBY-Boediono.

Besok rencananya rekapitulasi perolehan suara akan dilanjutkan. Sejauh ini seluruh surat suara pilpres dari seluruh provinsi sudah tiba di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, kecuali dari Papua. Bagi kandidat presiden-wakil presiden yang tidak puas terhadap hasil rekapitulasi diberi waktu tiga kali 24 jam untuk melaporkan ke Mahkamah Konstitusi sejak hasil rekapitulasi diumumkan.

Friday, July 10, 2009

JK mengucapkan selamat pada SBY

Semboyan ’’Lebih Cepat Lebih Baik’’ tampaknya tepat melekat pada sosok Jusuf Kalla (JK). Meski KPU belum menyatakan secara resmi sebagai pemenang pilpres dan kemenangan SBY-Budiono baru tergambar pada berbagai hitungan cepat lembaga survei, Capres JK sudah memberikan ucapan selamat kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tadi malam. Sementara capres dan cawapres lain, belum mengucapkan selamat kepada Capres yang berpasangan dengan Boediono itu. Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Wiranto menunggu pengumuman resmi KPU.

JK mengucapkan selamat melalui telepon. Ketika menerima telepon dari JK, SBY menunjukkan di depan puluhan wartawan yang berkumpul di pendapa rumah pribadinya di Cikeas, Bogor. Suatu sikap seorang KeSatria dan memberikan contoh yang sangat baik kepada Rakyat Indonesia.

JK menelepon SBY sekitar pukul 19.50 WIB. Kala itu SBY didampingi cawapresnya, Boediono, yang baru datang dari Jogja.

Berikut pernyataan SBY ketika berkomunikasi dengan JK.

’’Sebagaimana yang kita bicarakan, walaupun dalam suasana kompetisi, tetap kita jalin silaturahmi. Kita beri contoh, lanjutkan pelaksanaan tugas. Kita bertugas untuk langkah selanjutnya ke depan. Tadi saya sampaikan, sidang kabinet paripurna Selasa aktif lagi kerja sampai 20 Oktober. Pak Jusuf, sejarah catat jasa Anda besar sekali, teruskan apa yang menjadi amanah kita berdua. Insya Allah ada jalannya. Negara masih membutuhkan Pak JK, apa pun peran Pak Jusuf nanti. Kami menunggu sesuai dengan pilihan Pak JK. Saya senang Pak JK kalau masih bisa mendarmabaktikan diri untuk negara. Kita bicarakan berdua nanti. Sampai ketemu, salam untuk keluarga.’’

Kepada wartawan, SBY menyatakan sangat bahagia bisa berhubungan dengan JK. ”Saya senang. Politik itu bisa keras. Ada kala kita bisa menjaga agar kompetisi itu baik dan patut dikembangkan di negeri ini. Sehingga, demokrasi makin matang dan dewasa,” tutur SBY.

Dia menambahkan, jika ada persaingan keras antartim sukses, penyebabnya semata-mata mereka semua menjalankan tugas. ”Saya harap mereka bisa kembali bersatu, bermitra, dan bekerja sama,” papar dia.

Selain JK, SBY menambahkan telah menerima ucapan selamat melalui telepon dari sejumlah pemimpin negara lain. Di antaranya, PM Malaysia Najib Razak, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Australia Kevin Rudd, Presiden Korsel Lee Myung-bak, Presiden Timor Leste Ramos Horta, Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo, dan Menteri Mentor Singapura Lee Kwan Yew.

SBY mengatakan, ucapan selamat itu tak hanya ditujukan kepada dirinya, melainkan juga kesuksesan Indonesia dalam menyelenggarakan pemilu dan demokrasi yang damai. ”Tentu saya senang kalau pemilu kali ini mendapatkan pengakuan seperti itu,” ujarnya.

Ketua Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono Hatta Rajasa menjelaskan saat ini masih terbuka kemungkinan koalisi dengan partai non pendukung, seperti Golkar dan PDIP. ”Bisa saja terjadi, kemungkinan selalu ada. Apalagi, menurut saya, Pak SBY orang yang terbuka,” papar Hatta. Namun, lanjut dia, saat ini belum ada penjajakan dengan partai-partai non pendukung.

Monday, July 6, 2009

KTP dan Paspor Dapat Digunakan untuk Memilih

Mahkamah Konstitusi telah memutuskan warga negara yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap bisa memilih dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk dan paspor. Bagi KTP, warga negara harus melampirkan kartu keluarga.

"Mahkamah memutuskan, satu warga negara yang belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap dapat menunjukkan KTP atau paspor yang berlaku untuk memilih," kata hakim konstitusi Arsyad Sanusi saat membacakan putusan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin 6 Juli 2009.

KTP ini harus dilengkapi dengan kartu keluarga. Selain itu, penggunaan KTP hanya bisa digunakan di TPS yang berlokasi di RT/RW yang sesuai dengan alamat yang tertera di KTP.

Sementara bagi pemegang paspor, harus mendapat persetujuan dari panitia pemilihan setempat atau panitia pemilihan luar negeri.

Semoga dengan keputusan ini, wacana untuk penundaan Pemilu tanggal 8 nanti tidak lagi menjadi suatu tuntutan dari Calon Megawati dan Jusuf Kalla. Kita harus menjaga ketertiban dan keamanan Negara dalam pelaksanaan Pilpres nanti. Walau dalam kenyataannya DPT saat ini sangatlah kacau.

Friday, May 29, 2009

Pengundian Nomor Urut Capres : Mega No 1 - SBY No 2 - JK No 3




Hasil pengundian nomor urut para Capres telah dilakukan pagi ini di kantor KPU, adapaun hasil pengundian No Urut pasangan para Capres dan Cawapres di Pemilu 2009 adalah sebagai berikut :

No Urut 1 : Pasangan Mega dan Prabowo
No Urut 2 : Pasangan SBY dan Boediono
No Urut 3 : Pasangan JK dan Wiranto

Penetapan ini diputuskan dengan Surat Keputusan 297 /kpts/kpu/ 2009 tentang Penetapan nomor Urut Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden.

Pengambilan nomor urut dipandu Komisioner KPU Syamsul Bahri dan Andi Nurpati. Sebelum pengundian, kedua komisioner tersebut, membuka kotak akuarium yang ditutup kain beludru dan mengacak nomer di dalamnya.

Pengambilan nomor urut didasarkan pada kedatangan saat penyerahan berkas pendaftaran syarat capres dan cawapres.

Karena itu, pasangan Jk-Wiranto diberi kesempatan pertama. Di urutan kedua, pasangan Megawati dan Prabowo. Seperti saat penyerahan berkas pendaftaran, pagi ini Mega-Prabowo kompak mengenakan baju merah-putih. Sedangkan di urutan ketiga, pasangan SBY-Boediono. Tiga pasangan tersebut, membuka nomer urut yang ada dalam tabung secara bersamaan.

Gimana nihh.. menurut para pembaca apakah Pasangan Capres & Cawapres anda udah memilih nomor urut yang tepat dan sesuai keinginan anda.. hehehe.. :D silahkan berkomentar apa menurut pendapat anda setelah mengetahui hasil pengundian nomor urut pasangan Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2009 ini, silahkan…

SBY dan Mega Bersalaman Singkat dan Dingin



Pertemuan antara capres Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berlangsung dingin. Keduanya bersalaman tapi hanya berlangsung singkat, tidak lebih dari

SBY lah yang menghampiri Mega terlebih dahulu. Tanpa ekspresi berati, keduanya bersalaman lalu saling membuang muka, hanya memenuhi permintaan dari para jurnalis yang hadir.

Tidak sepatah kata pun terlontar dari mulut keduanya. Padahal ini adalah pertemuan yang pertama sejak 5 tahun terakhir. Apa masih ada dendam dan amarah ya ...,




Wednesday, May 27, 2009

37 Nama Anggota DPR dari PPP Periode 2009 - 2014



Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berhasil memasukkan 37 legislator di Dewan Perwakilan Rakyat.

PPP berhasil menjadikan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderalnya, Suryadharma Ali dan Irgan Chairul Mahfiz, sebagai wakil rakyat periode 2009-2014.

PPP juga berhasil meloloskan artisnya, Okky Asokawati, ke Senayan melalui daerah pemilihan DKI Jakarta II. Kemudian vokalis Senayan, Lukman Hakim Saifudin, berhasil kembali menjadi anggota DPR.

Berikut kursi PPP berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum 24 Mei 2009:

1. Tengku Mohd Faisal Amin (Nanggroe Aceh Darussalam I)
2. Teuku Taufiqulhadi (NAD II)
3. Maiyasyak Johan (Sumatera Utara III)
4. Epyardi Asda (Sumatera Barat I)
5. Muhammad Iqbal (Sumatera Barat II)
6. Wan Abu Bakar (Riau I)
7. Irna Narulita (Banten I)
8. Achmad Dimyatin (Banten I)
9. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
10. Okky Asokawati (DKI Jakarta II)

11. Nu'man Abdul Hakim (Jawa Barat II)
12. Suryadharma Ali (Jawa Barat III)
13. Reni Marlinawati (Jawa Barat IV)
14. Achmad Farial (Jawa Barat V)
15. Wardatul Asriah (Jawa Barat VII)
16. Endang Sukandar (Jawa Barat IX)
17. Asep Ahmad Maoshul Affandy (Jawa Barat XI)
18. Ahmad Kurdi Moekri (Jawa Barat XI)
19. Machmud Yunus (Jawa Tengah I)
20. Hisyam Alie (Jawa Tengah II)

21. Muhammad Arwani Thomafi (Jawa Tengah III)
22. Lukman Hakim Saifudin (Jawa Tengah VI)
23. Muchammad Romahurmuziy (Jawa Tengah VII)
24. Zainut Tauhid S'adi (Jawa Tengah IX)
25. Akhmad Muqowam (Jawa Tengah X)
26. Mustofa Assegaf (Jawa Timur II)
27. Zaini Rahman (Jawa Timur III)
28. Iskandar D Syaichu (Jawa Timur X)
29. Mochmammad Mahfudh (Jawa Timur XI)
30. Usaman Ja'far (Kalimantan Barat)

31. Norhasanan (Kalimantan Tengah)
32. Syaifullah Tamliha (Kalimantan Selatan I)
33. Aditya Mufti Ariffin (Kalimantan Selatan II)
34. Nanang Sulaeman (Kalimantan Timur)
35. Achmad DG Se're (Sulawesi Selatan I)
36. AW Thalib (Gorontalo)
37. Izzul Islam (Nusa Tenggara Barat).

Golkar loloskan 107 Anggota DPR 2009 - 2014



Golkar mendapatkan 107 kursi yang berasal dari semua daerah pemilihan kecuali daerah pemilihan Jawa Timur XI yang meliputi empat kabupaten di pulau Madura.

Sejumlah muka baru juga muncul dari Golkar. Ada Jeffrie Geovanie dari daerah pemilihan Sumatera Barat I, artis Nurul Arifin dari daerah pemilihan Jawa Barat VII, artis Tantowi Yahya dari daerah pemilihan Sumatera Selatan II dan artis Tetty Kadi Bawono dari Jawa Barat VIII.

Berikut daftar legislator Golkar berdasarkan ketetapan KPU 24 Mei 2009 :

1. Sayed Fuad Zakaria (Nanggroe Aceh Darussalam I)
2. Marzuki Daud (NAD II)
3. Burhanuddin Napitupulu (Sumatera Utara I)
4. Chairuman Harahap (Sumatera Utara II)
5. Neil Iskandar Daulay (Sumatera Utara II)
6. Ali Wongso Halomoan Sinaga (Sumatera Utara III)
7. Anton Sihombing (Sumatera Utara III)
8. Jeffrie Geovanie (Sumatera Barat I)
9. Azwir Dainy Tara (Sumatera Barat I)
10. Nudirman Munir (Sumatera Barat II)

11. Arsyad Juliandi Rachman (Riau I)
12. Idris Laena (Riau II)
13. Nurliah (Riau II)
14. Harry Azhar Aziz (Kepulauan Riau)
15. Rully Chairul Azwar (Bengkulu)
16. Selina Gita (Jambi)
17. Dodi Reza Alex Noerdin (Sumatera Selatan I)
18. Kahar Muzakir (Sumatera Selatan I)
19. Masagus Uzwar Fatommy (Sumatera Selatan I)
20. Tantowi Yahya (Sumatera Selatan II)

21. Bobby Adhityo Rizaldi (Sumatera Selatan II)
22. Basuki Tjahaya Purnama (Bangka Belitung)
23. Tri Hanurita (Lampung I)
24. Azis Syamsuddin (Lampung II)
25. Riswan Tony (Lampung II)
26. Mamat Rahayu Abdullah (Banten I)
27. Hikmat Tomet (Banten II)
28. Tubagus Iman Ariyadi (Banten II)
29. Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnain (Banten III)
30. Agung Laksono (DKI Jakarta I)

31. Fayakhun Andriadi (DKI Jakarta II)
32. Ade Supriatna (DKI Jakarta III)
33. Popong Otje Djundjunan (Jawa Barat I)
34. Agus Gumiwan Kartasasmita (Jawa Barat II)
35. Lili Asdjudiredja (Jawa Barat II)
36. Deding Ishak (Jawa Barat III)
37. Dewi Asmara (Jawa Barat IV)
38. Muchamad Ruslan (Jawa Barat V)
39. Airlangga Hartarto (Jawa Barat V)
40. Zulkarnaen Djabar (Jawa Barat VI)
41. Nurul Arifin (Jawa Barat VII)
42. Ade Komarudin (Jawa Barat VII)
43. Enggartiasto Lukita (Jawa Barat VIII)
44. Tetty Kadi Bawono (Jawa Barat VIII)
45. Edie Suwandie (Jawa Barat IX)
46. Agun Gunandjar Sudarsa (Jawa Barat X)
47. Ferdiansyah (Jawa Barat XI)
48. Siswono Yudo Husodo (Jawa Tengah I)
49. Nusron Wahid (Jawa Tengah II)
50. HM Busro (Jawa Tengah II)

51. Firman Soebagyo (Jawa Tengah III)
52. Hajriyanto Y Thohari (Jawa Tengah IV)
53. Eko Sarjono Putro (Jawa Tengah V)
54. Bambang Sutrisno (Jawa Tengah VI)
55. Bambang Soesatyo (Jawa Tengah VII)
56. Dito Ganinduto (Jawa Tengah VIII)
57. HM Nasrudin (Jawa Tengah IX)
58. Budi Supriyanto (Jawa Tengah X)
59. Gandung Pardiman (Yogyakarta)
60. Priyo Budi Santoso (Jawa Timur I)

61. Harbiah Salahuddin (Jawa Timur II)
62. Hardisoesilo (Jawa Timur III)
63. Taufiq Hidayat (Jawa Timur IV)
64. Endang Agustini Syarwan (Jawa Timur V)
65. Zainuddin Amali (Jawa Timur VI)
66. Mustokoweni Murdi (Jawa Timur VII)
67. Hayani Isman (Jawa Timur VIII)
68. SW Yudha (Jawa Timur IX)
69. Eddy Kuntadi (Jawa Timur X)
70. Gde Sumarjaya Lingih (Bali)

71. I Gusti Ketut Adhiputra (Bali)
72. Adi Putra Darmawan Tahir (Nusa Tenggara Barat)
73. Muhammad Lutfi (Nusa Tenggara Barat)
74. Yosef A Naesoi (Nusa Tenggara Timur I)
75. Melchias Marcus Mekeng (Nusa Tenggara Timur I)
76. Setya Novanto (NTT II)
77. Charles J Mesang (NTT II)
78. Zulfadhli (Kalimantan Barat)
79. Kamaruddin Sjam (Kalimantan Barat)
80. Chairun Nisa (Kalimantan Tengah)

81. Ahmadi Noor Supit (Kalimantan Selatan I)
82. Gusti Iskandar Sukma Alamsyah (Kalimantan Selatan II)
83. Mahyudin (Kalimantan Timur)
84. Hetifah (Kalimantan Timur)
85. Emil Abeng (Sulawesi Selatan I)
86. Oelfah A Syahrullah Harman (Sulawesi Selatan I)
87. Ambas Syam (Sulawesi Selatan I)
88. Malkan Amin (Sulawesi Selatan II)
89. Andi Rio Idris Padjalangi (Sulawesi Selatan II)
90. Syamsul Bachri (Sulawesi Selatan II)

91. Halim Kalla (Sulawesi Selatan II)
92. Idrus Marham (Sulawesi Selatan III)
93. Markus Nari (Sulawesi Selatan III)
94. Ibnu Munzir (Sulawesi Barat)
95. Muhidin Mohamad (Sulawesi Tengah)
96. Murad U Nasir (Sulawesi Tengah)
97. Muhammad Oheo Sinapoy (Sulawesi Tenggara)
98. Roem Kono (Gorontalo)
99. Aditya Anugrah Moha (Sulawesi Utara)
100. Edwin Kawilarang (Sulawesi Utara)

101. Edison Betaubun (Maluku)
102. Nurokhmah Ahmad Hidayat Mus (Maluku Utara)
103. Irene Manibuy (Papua Barat)
104. Robert Yoppy Kardinal (Papua Barat)
105. Paskalis Kossay (Papua)
106. Yorrys Raweyai (Papua)
107. Agustina Basik-basik (Papua).

43 Nama Anggota DPR dari PAN 2009 - 2014



PAN mendudukkan 43 legislator di Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014.

Dua artis PAN yakni Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio dan Primus Yustisio juga berhasil masuk ke parlemen. Putra Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais, juga berhasil masuk dari daerah pemilihan Jawa Tengah VIII.

Berikut kursi PAN berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum 24 Mei 2009:

1. Azwar Abubakar (Nanggroe Aceh Darussalam I)
2. Ibrahim Sakty Batubara (Sumatera Utara I)
3. Ahmad Khadafi Wibowo Lubis (Sumatera Utara II)
4. Nasril Bahar (Sumatera Utara III)
5. M Ichlas El Qudsi (Sumatera Barat I)
6. Taslim (Sumatera Barat II)
7. Asman Abnur (Riau I)
8. Patrice Rio Capella (Bengkulu)
9. Ratu Munawarah Zulkifli (Jambi)
10. HA Bakri (Jambi)

11. Achmad Hafisz Tohir (Sumatera Selatan I)
12. Hanna Gayatri (Sumatera Selatan II)
13. Zulkifli Hasan (Lampung I)
14. Alimin Abdullah (Lampung II)
15. Primus Yustisio (Jawa Barat IX)
16. Chandra Tirta Wijaya (Jawa Barat X)
17. Eri Purnomohadi (Jawa Barat XI)
18. Nasrullah (Jawa Tengah II)
19. Abdul Rozaq Rais (Jawa Tengah IV)
20. Marwoto Mitrohardjono (Jawa Tengah V)

21. Tjatur Sapto Edy (Jawa Tengah VI)
22. Taufik Kurniawan (Jawa Tengah VII)
23. Ahmad Mumtaz Rais (Jawa Tengah VIII)
24. Teguh Juwarno (Jawa Tengah IX)
25. Abdul Hakam Naja (Jawa Tengah X)
26. Totok Daryanto (Yogyakarta)
27. Sunartoyo (Jawa Timur I)
28. A Riski Sadig (Jawa Timur VI)
29. Mardiana Indraswati (Jawa Timur VII)
30. Eko Hendro Purnomo (Jawa Timur VIII)

31. Muhammad Najib (Jawa Timur IX)
32. Viva Yoga Mauladi (Jawa Timur X)
33. Ach Rubaie (Jawa Timur XI)
34. Indira Chunda Thita Syahrul (Sulawesi Selatan I)
35. A Taufan Tiro (Sulawesi Selatan II)
36. Amran (Sulawesi Selatan III)
37. Hendra S Singkarru (Sulawesi Barat)
38. Wa Ode Nurhayati (Sulawesi Tenggara)
39. Yasti Soepredjo Mokoagow (Sulawesi Utara)

40. Sukiman (Kalimantan Barat)
41. Hang Ali Saputra Syah Pahan (Kalimantan Tengah)
42. Muhammad Syafrudin (Nusa Tenggara Barat)
43. Djamaluddin Jafar (Papua).

18 Nama Anggota DPR dari Partai Hanura



Partai Hati Nurani Rakyat berhasil mendudukkan 18 legislator di Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014.

Semuanya dari 18 daerah pemilihan yang berbeda. Salah satu yang berhasil masuk adalah bekas politisi Partai Kebangkitan Bangsa, Muhammad AS Hikam.

Berikut daftarnya berdasarkan putusan Komisi Pemilihan Umum 24 Mei 2009 :

1. Nurdin Tampubolon (daerah pemilihan Sumatera Utara I)
2. Herry Lontung Siregar (Sumatera Utara II)
3. A Murady Darmansjah (Jambi)
4. Ferdinand Sampurna Jaya (Lampung I)
5. Fauzi Achmad (Sumatera Selatan II)
6. Iqbal Alan Abdullah (Banten III)
7. Erik Satrya Wardhana (Jawa Barat III)
8. Miryam S Haryani (Jawa Barat VIII)
9. Susaningtyas Nefo Handayani Kertap (Jawa Tengah IV)
10. Soemintarsih Muntoro (Jawa Timur VIII)

11. Muhammad AS Hikam (Jawa Timur IX)
12. Sunardi Ayub (Nusa Tenggara Barat)
13. Akbar Faisal (Sulawesi Selatan II)
14. Muchtar Amma (Sulawesi Selatan III)
15. Syarifuddin Sudding (Sulawesi Tengah)
16. Stephanus Pelor (Nusa Tenggara Timur I)
17. Saleh Husin (Nusa Tenggara Timur II)
18. Ali Kastella (Papua).

26 Anggota DPR dari Partai Gerindra



Partai Gerakan Indonesia Raya, berhasil mendudukkan 26 legislator di Dewan Perwakilan Rakyat.

Berikut daftar anggota DPR periode 2009-2014 dari Gerindra seperti ditetapkan Komisi Pemilihan Umum 24 Mei 2009 :

1. Martin Hutabarat (Sumatera Utara III)
2. Ahmad Muzani (Lampung I)
3. Gunadi Ibrahim (Lampung II)
4. Edhy Prabowo (Sumatera Selatan I)
5. Nuriswanto (Sumatera Selatan II)
6. Idin Rosyidin (Banten II)
7. Budi Heryadi (Banten III)
8. Harun Al Rasyid (DKI Jakarta III)
9. Rachel Mariam Sayidina (Jawa Barat II)
10. Widjono Harjanto (Jawa Barat V)

11. Nuroji (Jawa Barat VI)
12. Putih Sari (Jawa Barat VII)
13. Jamal Mirdad (Jawa Tengah I)
14. Abdul Wachid (Jawa Tengah II)
15. Sumarjati Arjoso (Jawa Tengah III)
16. Suwardjo (Jawa Tengah VIII)
17. Rindoko (Jawa Timur I)
18. Dhohir Farisi (Jawa Timur IV)
19. Sapto Murtiono (Jawa Timur V)
20. Noura Dian Hartarony (Jawa Timur VI)

21. Lukman Hakim (Jawa Timur VIII)
22. Soepriyatno (Jawa Timur XI)
23. Agung Jelantik Sanjaya (Bali)
24. Desmond Junaidi Mahesa (Kalimantan Timur)
25. Pius Lustrilanang (Nusa Tenggara Timur I)
26. Fary Djemy Francis (Nusa Tenggara Timur II).

PKS loloskan 57 anggota ke DPR 2009-2014



Partai Keadilan Sejahtera menanjak ke posisi empat dalam Pemilu 2009 ini. PKS juga berhasil menaikkan jumlah legislatornya di Dewan Perwakilan Rakyat menjadi 57 orang untuk periode 2009-2014 ini.

Politisi-politisi terkenal PKS yang masuk ke Senayan seperti Presiden PKS Tifatul Sembiring, Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta dan Ketua Fraksi PKS di DPR Mahfudz Siddiq. Mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid juga berhasil kembali ke Senayan

Berikut kursi PKS berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum 24 Mei 2009:
1. Muhammad Nasir Djamil (Nanggroe Aceh Darussalam I)
2. Raihan Iskandar (NAD II)
3. Tifatul Sembiring (Sumatera Utara I)
4. Iskan Qolba Lubis (Sumatera Utara II)
5. Ansory Siregar (Sumatera Utara III)
6. Irwan Prayitno (Sumatera Barat I)
7. Refrizal (Sumatera Barat II)
8. Mohammad Syahfan B Sampurno (Bengkulu)
9. Chairul Anwar (Riau I)
10. Herlini Amran (Kepulauan Riau)

11. Mustafa Kamal (Sumatera Selatan I)
12. Bukhori (Sumatera Selatan II)
13. Al Muzammil Yusuf (Lampung I)
14. Abdul Hakim (Lampung II)
15. Zulkieflimansyah (Banten II)
16. Jazuli Juwaini (Banten III)
17. Yoyoh Yusroh (Banten III)
18. Ahmad Zainuddin (DKI Jakarta I)
19. Mohammad Sohibul Iman (DKI Jakarta II)
20. Adang Daradjatun (DKI Jakarta III)

21. Achmad Riyaldi (DKI Jakarta III)
22. Suharna Surapranata (Jawa Barat I)
23. Ledia Hanifa Amaliah (Jawa Barat I)
24. Ma'mur Hasanuddin (Jawa Barat II)
25. Ecky Awal Mucharam (Jawa Barat III)
26. Yudi Widiana Adia (Jawa Barat IV)
27. Soenmandjaja (Jawa Barat V)
28. Mahfudz Abdurrahman (Jawa Barat VI)
29. Arifinto (Jawa Barat VII)
30. Mahfudz Siddiq (Jawa Barat VIII)

31. Nurhasan Zaidi (Jawa Barat IX)
32. Surahman Hidayat (Jawa Barat X)
33. Kemal Aziz Stamboel (Jawa Barat XI)
34. Zuber Safawi (Jawa Tengah I)
35. HM Gamari Sutrisno (Jawa Tengah III)
36. M Martri Agoeng (Jawa Tengah IV)
37. Hidayat Nur Wahid (Jawa Tengah V)
38. Sugihono Karyosuwondo (Jawa Tengah VII)
39. Tossy Aryanto (Jawa Tengah VIII)

40. Suswono (Jawa Tengah IX)
41. Sigit Sosiantomo (Jawa Timur I)
42. Mukhamad Misbakhun (Jawa Timur II)
43. Luthfi Hasan Ishaaq (Jawa Timur V)
44. Rofi' Munawar (Jawa Timur VII)
45. Memed Sosiawan (Jawa Timur VIII)
46. Abdul Aziz Suseno (Jawa Timur XI)
47. Agoes Poernomo (Yogyakarta)
48. Rahman Amin (Kalimantan Barat)
49. Aboe Bakar (Kalimantan Selatan I)
50. Nabiel Al Musawa (Kalimantan Selatan II)

51. Aus Hidayat (Kalimantan Timur)
52. Anis Matta (Sulawesi Selatan I)
53. Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan II)
54. Andi Rahmat (Sulawesi Selatan III)
55. Adhyaksa Dault (Sulawesi Tengah)
56. Yan Herizal (Sulawesi Tenggara)
57. Fahri Hamzah (Nusa Tenggara Barat).

Selamat kepada para Caleg yang telah terpilih, tugas dan tanggung jawab telah menanti di depan anda, agar kepercayaan yang telah diberikan kepada anda tidak sia-sia dan dipermainkan. Berjuanglah dan tetap komit atas apa yang telah anda janjikan di masa kampanye lalu.

PDI Perjuangan loloskan 95 Anggota ke DPR 2009-2014



Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, pemenang ketiga Pemilu 2009, berhasil menempatkan 95 legislator di Dewan Perwakilan Rakyat, adapun nama-nama yang akan duduk di Senayan mewakili PDIP adalah sebagai berikut :

Berikut kursi PDIP berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum 24 Mei 2009 serta daerah asal pemilihannya :


1. Panda Nababan (Sumatera Utara I)
2. Yassona H Laoly (Sumatera Utara II)
3. Trimedya Panjaitan (Sumatera Utara II)
4. Tri Tamtomo (Sumatera Utara III)
5. Ian Siagian (Riau I)
6. Marsiaman Saragih (Riau II)
7. Irsal Yunus (Jambi)
8. Nazarudin Kiemas (Sumatera Selatan I)
9. Dudhie Makmun Murod (Sumatera Selatan II)
10. Sudin (Lampung I)

11. Isma Yatun (Lampung I)
12. Itet Tridjajati Sumarijanto (Lampung II)
13. Rudianto Tjen (Bangka Belitung)
14. Dedi Suwandi Gumelar (Banten I)
15. Murdaya Widyawimarta Poo (Banten II)
16. Sutradara Ginting (almarhum) (Banten III)
17. Adang Ruchiatna Puradiredja (DKI Jakarta I)
18. Eriko Sotarduga (DKI Jakarta II)
19. Effendi MS Simbolon (DKI Jakarta III)
20. Setia Permana (Jawa Barat I)

21. Rieke Diah Pitaloka (Jawa Barat II)
22. Taufiq Kiemas (Jawa Barat II)
23. Arif Budimanta (Jawa Barat III)
24. Ribka Tjiptaning (Jawa Barat IV)
25. Helmi Fauzy (Jawa Barat V)
26. Sukur H Nababan (Jawa Barat VI)
27. Rahadi Zakaria (Jawa Barat VII)
28. Daniel Lumban Tobing (Jawa Barat VII)
29. Sidarto Danusubroto (Jawa Barat VIII)
30. Yoseph Umar Hadi (Jawa Barat VIII)

31. Maruarar Sirait (Jawa Barat IX)
32. TB Hasanuddin (Jawa Barat IX)
33. Puti Guntur Soekarno (Jawa Barat X)
34. Nurdin (Jawa Barat X)
35. Syarif Bastaman (Jawa Barat XI)
36. Tjahjo Kumolo (Jawa Tengah I)
37. Noor Hani'ah (Jawa Tengah II)
38. Imam Suroso (Jawa Tengah III)
39. Evita Nursanty (Jawa Tengah III)
40. Bambang Wuryanto (Jawa Tengah IV)

41. Mangara Siahaan (Jawa Tengah IV)
42. Puan Maharani (Jawa Tengah V)
43. Nusyirwan Soejono (Jawa Tengah V)
44. Aria Bima (Jawa Tengah V)
45. Sudjadi ((Jawa Tengah VI)
46. Ina Ammania (Jawa Tengah VI)
47. Ganjar Pranowo (Jawa Tengah VII)
48. Utut Adianto (Jawa Tengah VII)
49. Budiman Sudjatmiko (Jawa Tengah VIII)
50. Adisatrya Suryo Sulisto (Jawa Tengah VIII)

51. Muhammad Prakosa (Jawa Tengah IX)
52. Dewi Aryani Hilman (Jawa Tengah IX)
53. Sumaryoto (Jawa Tengah X)
54. Hendrawan Supratikno (Jawa Tengah X)
55. Djuwarto (Yogyakarta)
56. Eddy Mihati (Yogyakarta)
57. M Guruh Sukarno Putra (Jawa Timur I)
58. Indah Kurnia (Jawa Timur I)
59. Rukmini Buchori (Jawa Timur II)
60. Achmad Basarah (Jawa Timur III)

61. Nursuhud (Jawa Timur III)
62. Arif Wibowo (Jawa Timur IV)
63. Dadoes Soemarwanto (Jawa Timur IV)
64. Sri Rahayu (Jawa Timur V)
65. Topane Gayus Lumbuun (Jawa Timur V)
66. Pramono Anung Wibowo (Jawa Timur VI)
67. Theodorus Jakob Koekerits (Jawa Timur VI)
68. Eva Kusuma Sundari (Jawa Timur VI)
69. Heri Akhmadi (Jawa Timur VII)
70. Sadarestuwati (Jawa Timur VIII)

71. Mindo Sianipar (Jawa Timur VIII)
72. Soewarno (Jawa Timur IX)
73. Zainun Ahmadi (Jawa Timur X)
74. Said Abdullah (Jawa Timur XI)
75. Karolin Margret Natasa (Kalimantan Barat)
76. Lasarus (Kalimantan Barat)
77. Dolfie (Kalimantan Barat)
78. Asdy Narang (Kalimantan Tengah)
79. Sugianto (Kalimantan Tengah)
80. Royani Haminullah (Kalimantan Selatan I)

81. Bahrudin Syarkawie (Kalimantan Selatan II)
82. Emir Moeis (Kalimantan Timur)
83. Wayan Koster (Bali)
84. I Made Urip (Bali)
85. Nyoman Dhamantra (Bali)
86. I Gusti Rai Wirajaya (Bali)
87. Rachmat Hidayat (Nusa Tenggara Barat)
88. Honing Sanny (Nusa Tenggara Timur I)
89. Herman Hery (Nusa Tenggara Timur II)

90. Rendy M Affandy Lamadjido (Sulawesi Tengah)
91. Olly Dondodambey (Sulawesi Utara)
92. Vanda Sarundajang (Sulawesi Utara)
93. Alexander Litaay (Maluku)
94. Hayu R Anggara Shelomita (Maluku Utara)
95. Manuel Kaisiepo (Papua).

Selamat kepada para Caleg yang telah terpilih, tugas dan tanggung jawab telah menanti di depan anda, agar kepercayaan yang telah diberikan kepada anda tidak sia-sia dan dipermainkan. Berjuanglah dan tetap komit atas apa yang telah anda janjikan di masa kampanye lalu.

Tuesday, May 26, 2009

Siap Kalah dengan Jiwa Besar - Boediono



Berjiwa besar telah ditunjukkan oleh Bapak Boediono, dengan mengeluarkan suatu pernyataan : dirinya siap untuk kalah dalam Pilpres 2009 nanti. Banyak pihak dalam banyak kesempatan siap maju atau menang namun tidak siap menerima kekelahan. Sikap yang harus dimiliki oleh semua peserta Pilpres 2009 ini, bagaimanapun hanya akan ada satu pemenang.

Cawapres SBY, Boediono tetap merendah meski berpeluang besar memenangi Pilpres 2009. Karena Pilpres adalah sebuah kompetisi, pria kalem ini siap menanggung risiko untuk kalah.

Menghadapi Pilpres 2009 ini, Boediono yang terkenal irit bicara berjanji akan lebih banyak berkomentar kepada publik. "Kalau dulu sebagai Gubernur BI kalau terlalu banyak bicara kita bisa kacau. Sedikit meleset saja bisa kacau. Sekarang masa pilpres ini saya rasa perlu untuk bicara," kata pria berkacamata tersebut.

Disinggung soal blogger, Boediono mengaku blogger adalah bagian dari komunitas masyarakat yang punya peranan penting. Namun dia berharap para blogger tidak mengembangkan isu-isu miring yang memojokkan pasangan capres-cawapres.

"Saya minta bantuan rekan-rekan untuk menciptakan iklim yang fair dalam pilpres. Jangan sampai ada yang terpojok dalam isu-isu. Saya tidak harapkan saudara-saudara mendukung saya. Itu terserah anda. Its up to you, its your choice."

Boediono mengaku jarang membuka internet. Paling-paling dia cuma membuka google untuk cari informasi atau pun sekadar mengecek email saja. "Saya malu. Jujur paling-paling saya cari internet cuma cari info di Google, atau buka email. Sehari nggak tentu. Tapi buka email sudah menjadi bagian," pungkasnya.

Terima kasih Pak Boediono yang telah berani bertindak dalam kaidah "Berpikir, Bertindak dan Berjiwa Besar. Jangan pernah takut gagal Pak.

Monday, May 25, 2009

Perang Bintang dalam Tim Sukses Capres 2009



Perang bintang tak terhindarkan dalam pemilihan presiden 2009 ini. Tiga pasang kontestan yang akan bertarung dalam pilpres masing-masing adalah pensiunan jenderal Angkatan Darat. Wiranto yang mendampingi Jusuf Kalla merupakan jenderal bintang empat dengan jabatan terakhir Menhankam/ Panglima ABRI.

Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono adalah jenderal bintang empat. Jabatan terakhirnya sebelum menjadi presiden adalah Menko Polkam. Sementara Prabowo Subianto yang digaet Megawati adalah mantan Pangkostrad dengan pangkat terakhir jenderal bintang tiga.

Di belakang para jenderal petarung yang akan bersaing di pilpres ini masing-masing diperkuat gerbong tim sukses yang berintikan para pensiunan jenderal. Dari tiga tim sukses, memang hanya tim Megawati-Prabowo yang diketuai pensiunan jenderal, tetapi inti dari tim sukses sebagian besar adalah pensiunan jenderal.


SIAP ADU STRATEGI

Tim sukses pasangan Jusuf Kalla-Wiranto diketuai oleh Menteri Perindustrian Fahmi Idris. Di dalam tim ini ada sejumlah pensiunan jenderal yang siap adu strategi. Masing-masing adalah pemegang jabatan puncak di Angkatan Darat dan beberapa di antaranya dari AL.

Di tim ini ada mantan Kasad Jenderal (purn) Subagyo HS dan mantan wakasad Jenderal (pur) Fachrul Rozi. Selain itu juga ada mantan Kasum TNI Letjen (pur) Suaidy Marasabessy, mantan Ketua FABRI DPR Laksda (pur) Abu Hartono, mantan Komandan Sesko ABRI Marsdya (pur) Basri Sidehabi, mantan Sekjen DPP Partai Golkar Letjen (pur) Ary Mardjono dan Sekjen DPP Golkar saat ini Letjen (pur) Soemarsono.

Sedangkan di Tim Sukses pasangan Megawati-Prabowo Subianto diketuai oleh mantan Pangdam Udayana Mayjen (pur) Theo Syafei. Meski di antara jenderal yang masuk dalam tim sukses pasangan ini, jumlah bintang di pundak Theo lebih sedikit, tapi karena kedekatannya dengan Megawati, wajar saja dia menjadi ketua tim.

Gerbong jenderal tim ini adalah mantan Danjen Kopasus dan Deputy Kepala BIN Mayjen (pur) Muchdi Pr, mantan Pangdiv Kostrad Mayjen (pur) Kivlan Zen, mantan Kasospol ABRI Letjen (pur) Haryoto PS dan mantan Kepala Bais Letjen (pur) Farid Zaenudin.

Selain itu juga ada Letjen (pur) Yogi Supardi dan Mayjen (pur) Glenn Kairupan. Selain berada di tim sukses, sejumlah jenderal juga memperkuat pasangan Mega-Pro sebut saja mantan Pangdam Udayana Mayjen (pur) Adang Ruchiatna.

Dari Tim Sukses SBY-Boediono diperkuat dengan jenderal-jendral yang sedikitnya menyebar pada sembilan elemen tim sukses. Misalnya saja mantan Panglima TNI Marsekal (pur) Djoko Suyanto, ada di elemen Echo yang punya pimpinan di tingkat kabupaten/kota.

Ada juga mantan Kapolri Jendral (pur) Sutanto, mantan Kasau Marsekal (pur) Herman Prayitno, mantan Kasum TNI, Letjen (pur) Suyono, mantan Kaster Letjen (pur) Agus Widjoyo yang berada dalam gerakan Pro-SBY. Selain itu juga ada mantan mantan Asisten Logistik Panglima TNI Mayjen (Purn) Abikusno dan Mayjen (pur) Sardan Marbun.

BERBAHAYA

Keterlibatan para pensiunan jenderal dalam politik khususnya dalam pemilihan presiden pada Pemilihan Presiden 2009 sangat berbahaya. Apalagi mereka berada dalam posisi yang saling berlawanan antara satu dan lainnya.

“Mereka tersebar dan saling berlawanan, mereka menjadi tim sukses pasangan yang berbeda itu artinya mereka akan saling berhadap-hadapan baik dalam dukungan maupun kampanye nanti,” kata pengamat politik Fadjroel Rachman yang dihubungi, Senin malam


Menurutnya, seharusnya mereka menahan syahwat politik setelah pensiun. “Tapi karena ingin mendapatkan keuntungan politik atau bahkan kekuasaan akhirnya mereka masuk partai dan menjadi tim sukses pasangan capres-cawapres,” papar Fadjroel lagi.

Semoga para Pensiunan Jendral yang menjadi bagian tim sukses dari para Capres dapat menjunjung tinggi sportifitas dan mengedepankan kepentingan Bangsa dan Negara Indonesia, tidak mempengaruhi Netralitas TNI - Polri aktif.

Sejumlah Pensiunan Jenderal Bentuk Tim Garuda - Dukung JK - Win



Persaingan para calon Presiden Indonesia semakin panas dan tajam, pembentukan tim sukses dan koalisi antar partai terus giat dilakukan. Para pensiunan Jendral juga turut ambil peran serta seperti yang dilakukan oleh sejumlah Jendral Purnawirawan yang membentuk Tim Garuda sebagai dukungan kepada pasangan JK-Wiranto.

Sejumlah purnawirawan TNI bertemu capres Jusuf Kalla. Mereka menyatakan dukungannya pada pasangan JK-Wiranto dan membentuk tim Garuda untuk memenangkan pasangan ini.

"Bukan hanya 10 jenderal, tetap akan dikumpulkan purnawirawan perwira tinggi yang lainnya dan kami sepakat membentuk tim Garuda," ujar Marsdya Purn Basri Sidehabi usai bertemu JK di Jl Mangun Sarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (25/5/2009).

Sementara itu menurut Laksamana Purn Bernard Kent Sondakh dukungan ini diberikan pada pasangan JK-Wiranto karena dianggap tidak bisa diintervensi oleh pihak asing. Selain itu pasangan JK-Wiranto dianggap bisa mandiri dan dapat mengurangi ketergantungan pada pihak asing.

"Itu yang kami sukai dari pasangan ini, sehingga kami menyatakan dukungan pada Pak JK," ujar mantan KSAL ini.

Beberapa jenderal yang hadir dalam pertemuan itu diantaranya adalah mantan KSAL Laksamana Purn Bernard Kent Sondakh, Mantan Wakil KSAU Marsdya Purn Basri Sidehabi, Marsdya Purn Alimun Siri Rappe, Mantan Irjen TNI Laksda Purn Sosialisman, Mantan Pangarmatim, Mayjen Purn Djasri Marin, Mantan Dan Puspom TNI Marsda Syamsuddin Arsyad.

Hampir semua pasangan Capres dan Cawapres saat ini memiliki dukungan dari para Purnawirawan TNI dan Polri, semoga saja hal ini tidak membuat suatu jurang perbedaan dan pandangan dari para TNI aktif, bagaimanapun para Jendral Purnawirawan ini adalah mantan para Komandan dari TNI aktif saat ini dan mempunyai hubungan kedekatan emosional. Keutuhan Institusi TNI dan Polri tidak boleh pecah oleh kepentingan politik praktis. Kepentingan Bangsa dan Negara adalah yang Utama.

Apapun perbedaan pandangan politik dari para Purnawirawan TNI dan Polri tidaklah memberikan pengaruh bagi TNI dan Polri aktif. Jauh lebih arif bila kita memandang mereka dan kita sebut sebagai Purnawirawan saja, tanpa mengedepankan Pangkat dan Jabatan yang pernah melekat pada mereka. Loyalitas dan kepatuhan sangatlah tinggi dan kuat dalam TNI dan Polri. Sangatlah berbahaya bila terjadi perpecahan dalam TNI dan Polri Aktif. Biarlah Masyarakat dapat menilai dan memilih yang terbaik dari para calon Capres yang ada.

Sunday, May 24, 2009

Nama Anggota DPD terpilih 2009 - 2014



Komisi Pemilihan Umum (KPU),pada hari Minggu (24/5) telah menetapkan anggota DPR RI dan DPD terpilih 2009.

Berikut nama-nama Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terpilih periode 2009 - 2014:

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
1. Abdurrahman BTN,
2. Bachrum Manyak,
3. Ahmad Farham Hamid,
4. A.Khalid.

Sumatera Utara
1. Rudolf M. Pardede,
2. Parlindungan Purba,
3. Rahmat Shah,
4. Darmayanti Lubis.

Sumatera Barat
1. Irman Gusman,
2. Emma Yohanna,
3. Riza Falepi,
4. Alirman Sori.

Provinsi Riau
1. Abdul Gafur Usman,
2. Intsiawati Ayus,
3. Maimanah Umar,
4. Mohammad Gazali.

Sumatera Selatan
1. Percha Leanpuri,
2. Aidil Fitriansyah,
3. Asmawati,
4. Abdul Aziz.

Bangka Belitung
1. Tellie Gozelie,
2. Noorhari Astuti,
3. Rosman Djohan,
4. Bahar Buasan.

Bengkulu
1. Sultan Bakhtiar Najamudin,
2. Eni Khairani,
3. Bambang Soeroso,
4. Mahyudin Shobri.


Jambi
1. Elviana,
2. M. Syukur,
3. Juniwati T. Masjchun Sofwan,
4. Hasbi Anshory.

Kepulauan Riau
1. Aida Nasution Ismeth,
2. Zulbahri,
3. Djasarmen Purba,
4. Hardi Slamet Hood.


Lampung
1. Anang Prihantoro,
2. Ahman Jajuli,
3. Aryodia Febriansya,
4. Iswandi.

DKI Jakarta
1. Dani Anwar,
2. A.M. Fatwa,
3. Djan Faridz,
4. Pardi.

Jawa Barat
1. Ginandjar Kartasasmita,
2. Ella M. Giri Komala,
3. Sofyan Yahya,
4. Amang SYafrudin.

Banten
1. Andika Hazrumy,
2. Abdurachman,
3. Abdi Sumaithi,
4. Ahmad Subadri.

Jateng
1. Sulistiyo,
2. Ayu Koes Indriyah,
3. Denty Eka Widi Pratiwi,
4. Poppy Susanti Dharsono.

DI Yogyakarta
1. Gusti Kanjeng Ratu Hemas,
2. Cholid Mahmud,
3. A.Hafidh Asrom,
4. Muhammad Afnan Hadikusumo.

Jatim
1. Istibsjaroh,
2. Wasis Siswoyo,
3. Abd. Sudarsono,
4. Supartono.

Bali
1. I Gn Kesuma Kelakan,
2. I Nengah Wiratha,
3. I Wayan Sudirta,
4. I Kadek Arimbawa.


Nusa Tenggara Barat
1. Farouk Muhammad,
2. Ll. Abdul Muhyi Abidin,
3. Baiq Diyah Ratu Ganefi,
4. Lalu Supardan.

NTT
1. Abraham Liyanto,
2. Emanuel Babu Eha,
3. Carolina Nubatunis-Kondo,
4. Sarah Lery Mboeik.

Kalimantan Tengah
1. Permana Sari,
2. Hamdhani,
3. Said Akhmad Fawzy Zain Bahsin,
4. Rugas Binti.

Kalimantan Barat
1. Maria Goreti,
2. Sri Kadarwati,
3. Hairiah,
4. Erma Suryani Ranik.

Kalimantan Selatan
1. Gusti Farid Hasan Aman,
2. Adhariani,
3. Habib Hamid Abdullah,
4. Mohammad Sofwat Hadi.

Kalimantan Timur
1. Awang Ferdian Hidayat,
2. Luther Kombong,
3. Muslihuddin Abdurrasyid,
4. Bambang Susilo.

Sulawesi Utara
1. Aryanthi Baramuli Putri,
2. Marhany Victor Poly Pua,
3. Ferry F.X. Tinggogoy,
4. Alvius Lomban.

Gorontalo
1. Hana Hasanah Fadel Muhammad,
2. Rahmiyati Jahja,
3. Elnino M. Husein Mohi,
4. Budi Doku.


Sulawesi Tengah
1. Nurmawaty Dewi Bantilan,
2. Sudarti,
3. Ahmad Syaifullah Malonda,
4. Shaleh Muhammad Aldjuffri.

Sulawesi Barat
1. Muh. Asri,
2. Muhammad Syibli Sahabuddin,
3. Iskandar Muda Baharuddin,
4. Mulyana Isham.


Sulawesi Selatan
1. Abd. Aziz Qahhar Mudzakkar
2. Muh. Aksa Mahmud,
3. Bahar Ngitung,
4. Litha Brent.

Sulawesi Tenggara
1. La Ode Ida,
2. Abd. Jabbar Toba,
3. Abidin Mustafa,
4. Hoesein Effendy.


Maluku Utara
1. Matheus Stefi Pasimanjeko,
2. Kemala Motik Gafur,
3. Mudjaffar Sjah,
4. Abdurrahman Labato.



Maluku
1. Anna Latuconsina,
2. Jhon Pieris,
3. Jacob Jack Ospara,
4. Etha Aisyah.


Papua
1. Tonny Tesar,
2. Helina Murib,
3. Paulus Yohanes S,
4. Ferdinanda W. Ibo Yatipay.

Papua Barat,
1. Ishak Mandacan,
2. Sofia Maipauw,
3. Mervin Sadipun Komber,
4. Wahidin Ismail.

Thursday, May 21, 2009

Prabowo Terkaya dan Boediono paling Miskin



Setelah kekayaan calon presiden (capres), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) giliran memeriksa kekayaan calon wakil presiden (cawapres). Yang menarik, hasil verifikasi lapangan tim KPK mencatat, kekayaan Wiranto dan Prabowo Subianto sedikit berbeda dengan laporan kepada KPK sebelumnya.

Harta kedua cawapres ini ternyata tidak sebesar jumlah yang telah mereka laporkan sebelumnya. Tim Laporan Harta dan Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) memastikan, harta Prabowo menyusut dibandingkan laporan sebelumnya sebesar Rp 1,7 triliun. Setelah diperiksa, harta Mantan Danjen Kopassus ini berkurang Rp 200 miliar. "Total kekayaannya menjadi Rp 1,57 triliun dan US$ 7,5 juta. Ini karena ada rekening yang sudah ditutup," ujar Direktur LHKPN Muhammad Sigit di vila Prabowo Kawasan Sentul, Bogor, Rabu (20/5).

Harta Prabowo terdiri dari tujuh mobil tua, peternakan yang memelihara 90 ekor kuda senilai Rp 5 miliar, serta kepemilikan saham perusahaan di Argentina dan Prancis.

Kondisi serupa terjadi pada harta Wiranto. Kekayaan Mantan Panglima ABRI ini susut Rp 5 miliar ketimbang laporan ke KPK sebelumnya sebesar Rp 86 miliar. Alhasil, cawapres yang disokong Partai Golkar dan Hanura ini hanya punya harta Rp 81 miliar.

Penurunan ini terjadi karena ada alat transportasi yang dijual. “Saat melapor, harta berupa kendaraan masih Rp 1,5 miliar, tetapi ketika diklarifikasi menjadi Rp 1,2 miliar," kata Direktur Gratifikasi KPK Lambok Hutahuruk.

Kendati begitu, dibandingkan 2004 yang hanya Rp 46,2 miliar, harta Wiranto meroket. Ini lantaran adanya kenaikan nilai jual objek pajak (NJOP). Salah satunya adalah NJOP rumah Wiranto di kawasan Bambu Apus yang naik dari Rp 23 miliar menjadi Rp 70 miliar. Selain itu, nilai surat berharga di dua perusahaan juga melonjak dari Rp 800 juta menjadi Rp 2 miliar.

Tak mau ketinggalan, harta Boediono pun turut melonjak. Harta cawapres Partai Demokrat ini naik 18,3% dari Rp 18,6 miliar pada 31 Mei 2008 menjadi Rp 22,06 miliar. "Kenaikan berasal dari tabungan, surat berharga, dan kenaikan NJOP," kata Eko S Tjiptadi, Deputi Bidang Pencegahan KPK. Meski mengalami lonjakan, harta Boediono tetap paling sedikit dibandingkan dua calon lainnya. Nah, jika tak ada perubahan, Senin (25/5) nanti, KPK akan mengumumkan hasil verifikasi ini.


 

FREE HOT VIDEO 1 | HOT GIRL GALERRY 1

FREE HOT VIDEO 2 | HOT GIRL GALERRY 2

FREE HOT VIDEO 3 | HOT GIRL GALERRY 3

FREE HOT VIDEO 4 | HOT GIRL GALERRY 4

FREE HOT VIDEO 5 | HOT GIRL GALERRY 5

FREE HOT VIDEO 6 | HOT GIRL GALERRY 6

FREE HOT VIDEO 7 | HOT GIRL GALERRY 7

FREE HOT VIDEO 8 | HOT GIRL GALERRY 8

FREE HOT VIDEO 9 | HOT GIRL GALERRY 9

FREE HOT VIDEO 10|HOT GIRL GALERRY 10

FREE HOT VIDEO 11|HOT GIRL GALERRY 11