Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

Saturday, March 6, 2010

Harga Diri Mutlak Dimiliki

Harga diri adalah perasaan Anda secara keseluruhan terhadap kompetensi berharga yang Anda miliki. Sangatlah penting untuk memiliki harga diri yang baik. Dengan harga diri yang baik, Anda akan memiliki keyakinan pada kemampuan Anda untuk belajar, kemauan anda untuk mencoba hal-hal baru dalam meraih kesuksesan.

Ada sejarah penelitian yang menunjukkan bahwa harga diri dan prestasi memiliki hubungan sangat terkait. Harga diri mutlak harus kita miliki dan terus kita tingkatkan dan kita jaga di dalam setiap detik kehidupan kita.

Jangan pernah menyerah dan melacurkan harga diri anda hanya karena sesuatu yang sebenarnya tidaklah lebih bernilai dari harga diri anda sendiri.

Apa yang dapat Anda lakukan untuk membangun harga diri Anda ?
  1. Positif tentang diri Anda. Ini jauh lebih baik untuk memberikan pujian dan bangga pada diri Anda daripada sebaliknya.
  2. Pikirkan semua hal yang bagus/baik dari diri anda dan semua kesuksesan Anda. Selalu berikan catatan dan menambahkan ke daftar yang telah anda buat. Baca daftar setiap hari.
  3. Berhenti membandingkan diri Anda dengan orang lain. Anda harus melakukan perbandingan dengan diri sendiri. Apakah Anda lebih baik hari ini daripada kemarin ?
  4. Bergaul dengan pribadi yang menyukai anda, menghormati anda, dan mendukung Anda. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang selalu mencari untuk menemukan kesalahan atau permasalah dengan Anda.
  5. Terlibat dalam aktivitas yang Anda nikmati/sukai. Anda kemungkinan besar akan berhasil dalam kegiatan ini.
  6. Anda memiliki dan dapat menggunakan bakat dan kemampuan khusus. Ini adalah kekuatan Anda.
  7. Merawat diri sendiri. Anda akan merasa lebih baik tentang diri Anda sendiri jika Anda sehat dan cukup istirahat.
  8. Menyerang apa yang Anda pikirkan" adalah kelemahan-kelemahan Anda. Buktikan kepada diri sendiri bahwa "Anda bisa melakukannya."
  9. Membantu orang lain. Anda akan benar-benar merasa nyaman dengan diri sendiri ketika Anda dapat melakukannya.
  10. Terus mencari cara untuk memperbaiki diri sendiri. Seperti pepatah lama, "Gapailah bulan. Bahkan jika Anda kehilangan, Anda akan mendarat di antara bintang-bintang."
Tiada yang sia-sia dalam kehidupan ini, tiada keberhasilan dan kesuksesan yang dicapai tanpa usaha dan kerja keras, bahkan kadangkala harus dengan sebuah pengorbanan. Harga diri adalah mutlak harus kita miliki, tingkatkan dan pertahankan. Harga diri anda jauh lebih berharga dari hanya sebuah Jabatan dan Kekayaan.

Tuesday, July 7, 2009

Ketamakan Dalang Krisis Global



Paus Benediktus XVI menyalahkan sikap tamak dan egois sebagai dalang krisis finansial global. Pernyataan itu dimuat dalam ensiklik terbaru Paus. Surat edaran dari Paus kepada para uskup yang merupakan bentuk tertinggi dari ajaran kepausan tersebut akan dipublikasikan di malam pertemuan G8 di L'Aquila, Italia, pekan ini.

Seperti dikutip dari laman stasiun televisi BBC, surat tersebut akan mengingatkan para pemimpin dunia, bankir, pebisnis, dan orang biasa akan kewajiban moral mereka. Edaran tersebut, "Caritas in Veritate" atau "Charity in Truth" adalah edaran ketiga yang dibuat Paus Benediktus sejak ditasbihkan menjadi Paus pada 2005.

Di hadapan pastur-pastur di Roma pada awal tahun, dua tahun lalu saat Paus Benediktus mulai menulis surat edaran tersebut, dia mengatakan, tidak ingin memberi jawaban sederhana atas pertanyaan kompleks mengenai ekonomi dunia. Namun dia akan menyebut secara rinci bahwa ketamakan dan keegoisan manusia sebagai akar penyebab krisis ekonomi.

Sementara sistem finansial global memerlukan perubahan, kata Paus Benediktus, masing-masing individu juga harus menyadari bahwa mereka harus berkorban secara pribadi untuk membantu kaum miskin dan bergerak menuju kehidupan yang lebih adil.

Jumat pekan ini, Paus Benediktus akan melakukan pertemuan pertama dengan Presiden Barack Obama di Vatikan. Obama akan memiliki kesempatan bertukar pikiran dengan Paus Benediktus mengenai kewajiban moral yang dihadapi para pemimpin negara pada 2009.

Saturday, May 30, 2009

Kata Maaf dalam kaidah Memberi dan Meminta



Setelah melakukan suatu kesalahan, permintaan maaf seringkali dapat dengan mudah diucapkan. Budaya kita memang sudah mengajarkan hal yang seperti ini. Meskipun mungkin terkadang ada permintaan maaf yang dilontarkan dengan berat hati atau dengan tidak sepenuhnya rela, namun kata ‘maaf’ yang terucap tetap mencerminkan suatu penyesalan. Suatu kata yang hampir secara otomatis kita ucapkan saat kita menyadari bahwa perbuatan yang kita lakukan itu salah, atau telah menyinggung orang lain.

Kalau melihat dari sisi sebaliknya, ternyata memberi maaf bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dari berbagai cerita selama ini, banyak peristiwa yang mencerminkan hal ini. Permintaan maaf seringkali tidak serta merta diiringi dengan perasaan rela memaafkan.

Contohnya saja, meskipun orang lain sudah minta maaf, kita masih mengingat-ingat kejadian saat kita disakiti oleh orang lain, terlebih lagi jika kita merasakan ada kerugian yang timbul akibat kesalahan orang tersebut. Seolah-olah ada rasa tidak puas bila orang yang melakukan kesalahan tersebut belum merasakan kerugian yang sama.

Untuk meminta maaf itu membutuhkan keberanian yang sangat besar dan kemauan yang tinggi. Nah nggak ada salahnya kalau kita untuk menghargai keberanian itu dengan juga memberikan maaf. Bagaimana dengan hati ? apa nggak dipikirin ? Iya, sakit hati memang lebih sakit daripada sakit gigi, tapi ya apa mau terus-terusan sakit hati ? Semua sakit nggak akan sembuh kalau dari dalam dirinya tidak ada keinginan untuk sembuh.

Meminta maaf memang bukan hal yang mudah; kadang kita tidak menyadari bahwa tindakan kita telah menyakiti orang lain. Di sisi lain, memberi maaf juga sulit dilakukan; karena kadang masih tetap mengungkit-ungkit kesalahan orang lain. Ternyata tidak mudah menanamkan sikap iklas dalam diri untuk memaafkan orang lain.

Memaafkan adalah tindakan yang mulia, tiada seorangpun yang terlepas dari kesalahan. Sering terjadi sebuah perbuatan atau tindakan kita menghasilkan suatu hal yang tidak menyenangkan ataupun menciptakan luka pada orang lain. Marilah kita tumbuhkan sikap dalam tindakan kita, untuk mampu memberi dan berani untuk meminta "Maaf" atas suatu hal yang terjadi atas perbuatan kita. Kita juga harus mengerti dan mau menerima dengan jiwa besar, bilamana permintaan tulus kita akan maaf belum dapat diterima oleh orang lain.




Sunday, March 8, 2009

Belajar Tak Kenal Henti


Saat ini kita hidup di era yang kemajuan dan peradaban modern yang menuntut suatu kemampuan dan keahlian mumpuni agar dapat bersaing. Peluang dan tantangan sama kuatnya tersaji di depan kita, memiliki kemampuan identik dengan keberhasilan atau mungkin sebaliknya yang akan terjadi. Belajar hal Formal dan Non Formal untuk meningkatkan kualitas "soft skill dan hard skill" pada diri kita (IQ, SQ, EQ dan PQ)

Kemampuan yang dimiliki sangat identik dengan "semangat belajar" yang tumbuh di dalam diri setiap orang. Pada dasarnya kita memiliki kesempatan dan waktu yang sama untuk belajar berbanding orang lain, dari mulai pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan lanjutan. Kita dapat melihat bagaimana kita Sama-sama belajar namun hasilnya yang kita dapatkan berbeda.

Belajar adalah sebuah proses !, belajar adalah semangat, belajar adalah kesempatan, belajar adalah kemauan, belajar adalah mencari dan lain-lain. Pada tulisan ini saya ingin menegaskan bahwasanya, "kita harus senantiasa semangat belajar" di dalam diri kita. Kita harus percaya ... selalu belajar dan terus belajar adalah pintu awal kita untuk berhasil. Rasa percaya adalah sebuah dorongan dan kekuatan untuk kita dapat mengatasi segala hambatan untuk selalu dapat belajar > Believing - Learning - Action.

Di era pembelajaran yang kita alami saat ini, belajar dan terus belajar sudah merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi kita. Semangat belajar ini harus tetap kita jaga dan dirawat. Kita merupakan makhluk ciptaan Nya yang paling sempurna, kita diberikan "Hati dan Pikiran" yang menjadi alat bagi kita untuk dapat "merasakan sesuatu yang kurang (review), mengidamkan suatu bentuk yang menjadi lebih baik (dream), menciptakan sesuatu yang baru (create) dan banyak lagi yang dapat kita perbuat.

Apa dan menjadi seperti apa diri kita saat ini ?, sangatlah identik dengan "cara, semangat dan memaksimalkan kesempatan belajar kita di masa lampau. Belajar itu mudah dan tidak rumit, bila kita tidak membuatnya menjadi rumit. Misalnya : Belajar dari kesuksesan orang lain : Saya mengenal seorang Ibu yang sangat berhasi dalam bisnisnya, beliau seorang single parent dengan 3 orang anak dan hanya mengecap pendidikan SMA. Saat ini beliau memiliki SPBU di 8 lokasi dan memiliki armada angkutan lebih dari 300 unit. Kunci suksesnya "selalu belajar dari setiap waktu yang dilaluinya, belajar untuk dapat memperluas jaringan pertemanan bisnisnya. Rajin bertanya dan meminta arahan dari orang-orang yang dianggapnya mempunyai kelebihan dalam masing-masing bidang.

Saya mengamati bagaimana Ibu ini selalu disiplin di dalam berkomunikasi dengan para karyawannya, fokus pada pekerjaannya, menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi setiap individu melalui perhatian seorang Ibu kepada anaknya > hal inilah yang saya dpat pelajari dari Ibu ini.

Sukses dan berhasil ya ... kita harus dan harus ... Belajar, Percayalah bahwasanya Belajar itu tidak pernah berhenti, baik formal maupun non formal. Cari, Ciptakan dan Maksimalkan setiap kesempatan yang kita peroleh untuk dapat belajar dari siapapun dan dalam bentuk apapun, karena kesempatan itu tidak selamanya datang ke dua kalinya kepada kita. Akankah kita melepaskan setiap kesempatan yang berharga tersebut. Belajar tidak mengenal "pangkat, usia, gender dan derajat ..., belajar adalah hak setiap orang.
Tools sederhana : mari kita selalu bertanya pada diri kita setiap harinya, atau apa yang dapat kita pelajari dari orang yang baru saja kita temui, teman kita berkomunukasi ? atau dari sesuatu yang kita baca ..., atau juga membuat sebuat catatan kecil .. kita mau belajar apa di hari ini.

Knowledge is Power ...

Friday, September 5, 2008

Cinta Kasih

Today is Saturday, sejenak melepaskan kepenatan dan kesibukan kerja dari awal
minggu. Saya mendapatkan sebuah tulisan dari seorang teman di Pekanbaru yang
menurut saya sangat baik untuk menjadi sebuah renungan di akhir pekan.

Di dalam puisi dan cerita-cerita rakyat di beberapa negara, banyak
diceritakan masalah tentang hubungan cinta dan tidak cinta, antara orangtua
dengan anak-anaknya. Ada beberapa negara di dunia ini tidak mempunyai
cerita-cerita rakyat yang berkenaan dengan penggambaran hubungan cinta kasih
antara orangtua dengan anak-anaknya. Dan mereka hanya menekankan tentang
cinta kasih kepada semua orang, yang tentu saja termasuk orangtua mereka
juga.

Banyak sekali orang yang menangis ketika mendengar dan membaca puisi dan
cerita-cerita yang menggambarkan tentang hubungan cinta kasih antara
orangtua dengan anak. Ada satu cerita berasal dari sebuah puisi yang amat
terkenal di Srilanka. Puisi yang asli terdiri dari empat bait, yang dapat
mengubah seseorang menjadi penuh belas kasih.

Ceritanya sebagai berikut :

Pada suatu ketika, hiduplah seorang ibu yang membesarkan anak laki-lakinya.
Dengan melalui berbagai penderitaan akhirnya ibu tua itu berhasil
menghantarkan anak laki-lakinya mencapai kehidupan yang sukses.

Anak laki-laki itu lalu menikah dan mempunyai rumah sendiri. Setelah ia
berkeluarga dan mempunyai kehidupan yang cukup baik, tetapi ia tidak pernah
menengok kepada kedua orangtuanya yang sudah tua itu. Ayah dan ibu tua itu
sudah lama amat menderita, mereka tidak mempunyai makanan dan pakaian yang cukup.

Pada suatu hari karena mereka sudah amat kelaparan, tidak mempunyai lagi
makanan yang dapat dimakan, ibu tua itu merasa ia dapat meminta pertolongan
dari anaknya. Dengan badan yang sudah membungkuk, ia berjalan perlahan-lahan
menuju ke rumah anaknya untuk meminta makanan.

Anak laki-laki itu yang melihat ibunya datang segera bersembunyi di dalam
rumah. Ia diam saja di dalam rumah dan tidak mau keluar menemui ibunya, ia
lalu menyuruh isterinya keluar untuk menemui ibunya.

Di depan pintu rumah, ibu tua itu berkata kepada menantu perempuannya, bahwa
ia amat lapar dan membutuhkan makanan. Menantunya tanpa berkata sepatah
katapun lalu masuk ke dalam rumah dan membawa sebuah keranjang, lalu
diberikannya kepada mertuanya, yang berisi dua liter gandum.

Tetapi ibu mertua yang sedang kelaparan itu, tentu saja tidak dapat memakan
gandum yang belum dimasak itu. Ia harus memasaknya terlebih dahulu, dan
membutuhkan waktu yang cukup lama sampai gandum itu matang dan dapat
dimakan. Sedangkan ia sudah amat lapar, dan membutuhkan makanan yang

sudah matang supaya dapat segera dimakan untuk menghilangkan rasa laparnya.

Ibu tua itu menerima keranjang yang berisi gandum itu dengan perasaan sedih,
ia tidak bahagia. Ia menghadapi kenyataan yang pahit, ia hanya menerima dua
liter gandum, pemberian dari anak laki-lakinya yang amat sangat dikasihinya.
Anak laki-lakinya itu tidak mau keluar menemuinya ketika ia datang, hatinya
amat kecewa dan sedih sekali.

Diceritakan, ibu tua itu lalu mengucapkan syair ketika ia menerima gandum
itu,

"Saya datang ke depan pintu rumah anakku karena saya amat lapar dan hampir
mati.
Tetapi saya hanya memperoleh dua liter gandum.
Saya ragu-ragu,
apakah saya harus menerimanya atau tidak
Oh anakku sayang
Apakah saya
pernah menakar air susuku ketika menyusuimu?"


Cerita selanjutnya : ternyata menantunya itu amat marah mendengar kata-katanya.

Ia merasa kata-kata itu ditujukan untuk dirinya.

Dengan marah ia lalu berkata :


"Hai nenek tua, ibuku sendiri yang telah membesarkanku, dan tidak akan
membiarkan aku menderita sedikitpun, tidak ribut ketika ia datang, dan hanya
kami berikan seliter gandum. Kami kan sudah memberikanmu dua liter gandum,
tetapi kamu malah berkata-kata seperti itu. Sudahlah nenek tua, pergilah
dari tempat ini sekarang juga!"

Anak laki-laki itu tidak berusaha meredakan pertentangan antara ibu dan
isterinya, ia hanya diam saja.

Tetapi sejak saat itu setelah mendengar puisi yang diucapkan si ibu tua,
orang-orang menjadi merasa ngeri dan takut apabila sudah tua nanti, akan
menghadapi keadaan seperti yang dialami oleh ibu tua itu.

Cerita ini menekankan tentang kewajiban seorang anak untuk merawat ayah dan
ibunya yang sudah tua, seperti ayah dan ibu merawat anaknya dengan penuh
kasih yang tanpa batas ketika mereka masih kecil.

Jadi seorang anak harus berbakti dengan merawat orangtua
mereka, dengan penuh hormat dan dengan cinta kasih yang tulus ikhlas.

Kita ada dan menjadi seperti saat ini tidak terlepas dari peranan Orangtua kita, bicara kuantitas dengan situasi pekerjaan, kesibukan, jarak ,waktu dan tempat mungkin terasa kurang namun tiada kata terlambat untuk dapat meningkatkannya.

Happy Weekend ...



 

FREE HOT VIDEO 1 | HOT GIRL GALERRY 1

FREE HOT VIDEO 2 | HOT GIRL GALERRY 2

FREE HOT VIDEO 3 | HOT GIRL GALERRY 3

FREE HOT VIDEO 4 | HOT GIRL GALERRY 4

FREE HOT VIDEO 5 | HOT GIRL GALERRY 5

FREE HOT VIDEO 6 | HOT GIRL GALERRY 6

FREE HOT VIDEO 7 | HOT GIRL GALERRY 7

FREE HOT VIDEO 8 | HOT GIRL GALERRY 8

FREE HOT VIDEO 9 | HOT GIRL GALERRY 9

FREE HOT VIDEO 10|HOT GIRL GALERRY 10

FREE HOT VIDEO 11|HOT GIRL GALERRY 11