Asset kami adalah Karyawan, Modal dan Reputasi
Suatu hari didalam ruang yang sakral di Harvard Business School, Warrent Buffet businessman terkemuka di dunia sedang berdiskusi dengan para MBA baru. Ada satu pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang peserta : "Mr Buffet, bagaimana cara anda memutuskan untuk memperkerjakan orang ?". (Gelak tawa pecah dan ledekan muncul dari sekitar : "mau ngelamar ni ye ..")
Buffet tersenyum. Setelah suasana hening kembali, ia menjawab : Standard saya ada tiga. Yang pertama adalah Integritas, Kedua adalah Kecerdasan dan yang ke Tiga adalah tingkat energi yang tinggi. "Buffet terdiam sejenak kemudian dia mendekat kepenanya.
Sambil merapatkan wajah ke microfon yang dipegannya, dengan jernih ia katakan : "Namun jika anda tidak memiliki yang pertama, yang kedua dan ketiga menjadi
tidak berguna ...."
Pandangan seperti Buffet itu nampaknya aneh bagi sebahagian orang. Sebahagian (Besar ?) masyarakta dijaman ini memandang bahwa dalil "Integritas yang akan jadi pemenang" hanyalah sebuah ilusi, semua dipandang sebagai fatamorgana belaka.
Pada yahun 1982 Johnson and Johnson, perusahaan farmasi terkemuka menjadi buah bibir masyarakat dunia kala itu. Tujuh orang tewas setelah menenggak produknya "Tylenol ekstra kuat". Produknya tersebut ternyata telah tercemari sianida. Perusahaan berintegritas ini langsung bereaksi dengan memperingatkan masyarakat (Mengumumkan lansung melalui medi Cetak dan Elektronik) akan kemungkinan bahaya tersebut. Para Ilmuwan yang bekerja di perusahaan tersebut bergerak untuk mencari dan menentukan asal muasal racun tersebut. Produk segera ditari dari pasar dan diganti dengan produk yang aman (dan biaya 100 juta US $ harus mereka relakan pada waktu itu).
Perusahaan otomotif Toyota juga sering kita lihat, beberapa kali menarik produknya dari pasar karena kesalahan teknis produksi. Semua diperbaiki, atau diganti atas tanggungan produsen dan pembeli bebas dari biaya. Banyak contoh lain seperti diatas yang kita amati terjadi dipasar dan yang jelas benang merahnya adalah "Terpercaya" (sebagai salah satu karakteristik utama dari Integritas) adalah hal yang nyata (ada!) dan diperjuangkan (saya yakin akan terus ada dan bahkan menjadi tuntutan yang harus dipenuhi produsen).
Bila kita melihat kondisi saat ini banyak kasus makanan dan minuman yang terbukti mengandung isi yang sangat berbahaya bagi kesehatan (kasus melamin pada susu, Asphartame gula pengganti yang dapat menyebabkan lupus dan kelumpuhan otak). Apa tindakan perusahaan tersebut ? dan bagaimana pertanggung jawaban mereka kepada konsumen ?, Tindakan otoritas pemerintahan ?. Apakah cukup hanya dengan menarik produk tersebut dari pasar ? Bagaimana Fungsi pengawasan dari Pemerintah terhadap produk2 yang katanya telah mendapatkan ijin dan telah melalui pengetesan yang mendalam.
Pemerintah harusnya mampu melindungi rakyatnya dari kegiatan bisnis yang tidak benar ini, Perusahaan tersebut harus ditindak dan dihukum atas hal tersebut. Tidak hanya melakukan seremonial pemusnahan barang-barang yang dinyatakan berbahaya (diliput deh secara besar-besaran). Ironisnya lagi beberapa waktu yang lalu, Menteri Kesehatan RI menunda pemusnahan barang-barang yang akan dibakar oleh BPOM "alasan yang dikemukakan perlunya mendapat persetujuan dari atasannya". Semua kaget ! dan .. dan ... dan (Reputasi apa yang bisa dibangun oleh Pejabat seperti ini) wajar bila tingkat kepercayaan masyarakat mengalami kemerosotan terhadap pemerintah (bila banyak pejabat seperti ini).
Perilaku Korup yang merongrong Integritas terus terjadi ?, Pejabat, Anggota Dewan dan Pelaku Bisnis banyak sudah terjerat oleh KPK. Dalam kehidupan sehari-hari ada rumus 3 K yang berlaku (Kesempatan, Kemampuan dan Kemauan) yang membuat "segala sesuatu dapat terjadi" (anything possible in life). Kita lihat K-Kemauan yang menjadi akar penyebab, apa yang menyebabkan orang Mau ? dan apa yang menjadi Motivasi mereka ?. Saya yakin dan kita juga dapat sepakat bahwa semua karena "Uang"
Uang ibarat air laut (semakin diteguk, semakin membuat haus). JD Rockefeller yang kekayaannya luar luar biasa jumlahnya ditanya : "seberapa banyak uang yang bisa dinyatakan cukup", ia tersenyum dan menjawab :"Hanya sedikit lebih banyak lagi ...",
Mempunyai banyak uang, yang cara memperolehnya dilakukan secara benar adalah hal yang wajar (bahkan amat terpuji bila digunakan dan dibagikan demi emamfaatan kepada sesama). Namun bila cara memperolehnya tidak benar, itu jelas perbuatan tercela (reputasinya hancur dan akan dipermalukan).
Membangun reputasi, kepercayaan bukanlah suatu perkerjaan yang mudah dan waktunya juga tidak singkat. Namun yang tersulit adalah menjaga "Reputasi, Nama Baik dan Kepercayaan" agar tetap dan terus bertambah baik. Semuanya menjadi asset yang sangat berharga dan menjadi Trade Mark diri kita (personal branding) atau Perusahaan yang kita jalankan. Mari kita bangun dan jaga Integritas dari kita dan perusahaan tempat kita bekerja.
Mau sukses Integritas wajib Hukumnya ...
No comments:
Post a Comment