Masih Ada Celah Beli Saham
DI tengah lantai bursa yang tersaruk-saruk, masih ada sedikit celah
untuk berinvestasi di instrumen saham. Namun, investor mesti
menyesuaikan kondisi dananya. "Apa dipakai (investasi) jangka panjang
atau jangka pendek," ujar Direktur PT Bhakti Capital Securities Budi
Ruseno kemarin (5/9).
"
Menurut ketua Asosiasi Analis Indonesia itu, jika investor punya dana
jangka panjang, saat ini disarankan untuk mengoleksi saham-saham yang
price to book value-nya di bawah satu kali. "Investor bisa mengoleksi yang PBV-nya di bawah satu kali," terangnya. "Saham-saham itu beberapa masih ada. Di properti, misalnya, ada saham beberapa perusahaan (Grup) Ciputra," sambungnya.
Bagaimana jika investor hanya punya dana untuk jangka pendek? "Sebaiknya
hold dulu," sarannya. Nanti, investor dengan dana jangka pendek bisa
masuk kembali saat nilai transaksi sudah kembali membesar. "Saat ini
transaksi hanya sekitar Rp 3 triliun. Sebaiknya, investor (dengan dana
jangka pendek) menunggu dulu hingga transaksinya di level Rp 4 triliun
per hari. Itu sudah aman," tutur Budi.
Perencana keuangan Adler H. Manurung menyarankan agar investor wait and
see dulu. "Sebenarnya, beberapa sektor masih menarik, asal bisa cermat,"
katanya.
Sebaliknya, pengamat pasar modal Dandosi Matram meminta agar investor
menjauh dulu dari bursa saham. "Bursa masih akan terus labil. Sebaiknya
dalam 1-3 bulan ke depan, jangan mengambil investasi baru di bursa,"
sarannya.
Dia menyarankan agar investor menaruh dananya di deposito untuk bermain
aman lebih dulu. "Main aman dulu beberapa bulan, menghindar dulu lebih
baik. Kan ada deposito yang memberi imbal hasil 13 persen," katanya.
Dalam tiga bulan ke depan, sambung dia, baru akan diketahui bagaimana
prospek investasi di pasar keuangan. "Nanti kalau Obama terpilih,
stabilitas dunia akan lebih stabil. Ini membawa kabar baik bagi
perekonomian dunia. Makanya, tunggu Desember untuk kembali masuk ke
pasar," jelasnya.
Untuk reksadana, kata dia, juga masih rentan. Karena, basis investasi
reksadana juga ada di saham maupun obligasi. "Saham jatuh. Obligasi juga
jatuh karena suku bunga tinggi. Kalau mau ada di reksadana terproteksi.
Tapi, imbal hasilnya tetap lebih baik di deposito.
Semua kembali kepada kita didalam menetukan instrumen investasi apa yang kita pilih saat ini, bijaklah di dalam menentukannya. Pastikan dana kita dapat bertumbuh dengan baik. Merosotnya nilai saham tidak hanya di Indonesia, seluruh Indeks Bursa di dunia mengalami penurunan sampai 30%, wait and see adalah langkah yang terbaik bagi investor yang sudah membeli saham. "History repeats itself" salah satu prinsip di bursa, bila kondisi ekonomi mulai membaik Bursa Saham dunia akan kembali menjadi pilihan yang menarik dan menyenangkan bagi Investor.
Semoga bermanfaat
Sunday, September 7, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment