Buku Good to Great sendiri dianggap oleh banyak pengamat sebagai salah satu buku manajemen terbaik sepanjang sejarah.
Ditulis dengan gaya memikat dan ditopang oleh data riset yang ekstensif, buku ini pada dasarnya mencoba mencari jawaban kunci mengapa sebuah organisasi bisnis menjadi GREAT.
Lalu poin-poin penting apa yang tercantum dalam buku itu ? Sejatinya buku ini memaparkan hasil riset selama lebih dari lima tahun yang dilakukan Jim Collins dkk untuk menjawab pertanyaan kunci tersebut yakni: faktor apa sebenarnya yang paling menentukan bagi terciptanya GREAT COMPANY. Dari riset itu, mereka menemukan adanya enam poin, yakni sbb:
Poin pertama menunjukkan bahwa great companies ternyata selalu dipimpin oleh CEO yang memiliki kualitas Level 5 Leadership. Ciri-ciri Level 5 Leadership adalah : fokus yang amat tinggi pada results, memiliki kapasitas eksekusi yang baik (good executor), dan cenderung bersikap low profile.
Poin kedua adalah First Who…Then What.
Good-to-great companies selalu memulai proses transformasi dengan memilih orang-orang yang tepat (dan membuang orang-orang yang under-performance), baru kemudian menentukan ke arah mana layar perusahaan akan dilabuhkan. Spirit utama dalam elemen kedua ini bukan hanya tentang “getting the right people on the team”. Poin yang lebih penting adalah “pertanyaan tentang siapa” selalu lebih dahulu dibanding “pertanyaan tentang apa”. Good-to-great companies selalu bergerak pertama-tama dengan berpikir tentang MANUSIA, baru kemudian berbicara mengenai strategi, anggaran, struktur organisasi, dan lain-lain.
Poin ketiga adalah Confront the Brutal Facts (Yet Never Lose Faith).
Semua good-to-great companies memulai proses pertumbuhannya dengan cara confronting the brutal facts of their current reality. Good-to-Great Companies selalu menerapkan prinsip the Stockdale Paradox: atau sebuah keyakinan yang kuat bahwa kami pada akhirnya akan berhasil, meski dihadapkan pada rintangan yang amat sulit. Dan pada saat yang bersamaan, kami akan terus berani menghadapi realitas persaingan bisnis, betapapun kerasnya derap persaingan itu.
Poin keempat, good-to-great companies ternyata cenderung mirip seperti hedgehogs — sejenis entitas yang sederhana, simpel, memahami “one big thing” and stick to it. Perusahaan pembanding cenderung seperti foxes — mencoba mengetahui banyak hal, namun lack consistency.
Poin kelima adalah adalah A Culture of Discipline.
Good-to-great companies dari luar terlihat sebagai entitas yang membosankan, “garing”, biasa-biasa saja, namun jika ditelisik lebih dalam ternyata….. they’re full of people who display extreme diligence and a stunning intensity. A culture of discipline is not just about action. It is about getting disciplined people who engage in disciplined thought and who then take disciplined action. A culture of discipline ini melibatkan dua dimensi. Pada satu sisi, kultur itu menuntut para anggotanya untuk selalu mengacu pada proses dan sistem kerja yang konsisten. Pada sisi lain, ia juga memberikan kebebasan dan tanggungjawab dalam kerangka sistem itu.
Poin keenam atau terakhir adalah Technology Accelerators.
Dalam isu tentang IT ini, good-to-great companies selalu mengajukan pertanyaan : apakah aplikasi teknologi ini fit directly dengan konsep Hedgehog kami ? Jika ya, maka kami akan menjadi a pioneer in the application of that technology. Jika tidak, kami akan melupakannya. Good-to-great companies menggunakan teknologi lebih sebagai an accelerator of momentum, not a creator of it. Tidak ada satupun good-to-great companies yang memulai transformasinya dengan pioneering technology, yet they all became pioneers in the application of technology once they grasped how it fit with their strategies.
Demikianlah enam elemen kunci yang menurut Jim Collins menjadi rahasia mengapa sebuah organisasi bisnis menjadi great company. Good to Great, demikian judul bukunya.
Ditulis dengan gaya memikat dan ditopang oleh data riset yang ekstensif, buku ini pada dasarnya mencoba mencari jawaban kunci mengapa sebuah organisasi bisnis menjadi GREAT.
Lalu poin-poin penting apa yang tercantum dalam buku itu ? Sejatinya buku ini memaparkan hasil riset selama lebih dari lima tahun yang dilakukan Jim Collins dkk untuk menjawab pertanyaan kunci tersebut yakni: faktor apa sebenarnya yang paling menentukan bagi terciptanya GREAT COMPANY. Dari riset itu, mereka menemukan adanya enam poin, yakni sbb:
Poin pertama menunjukkan bahwa great companies ternyata selalu dipimpin oleh CEO yang memiliki kualitas Level 5 Leadership. Ciri-ciri Level 5 Leadership adalah : fokus yang amat tinggi pada results, memiliki kapasitas eksekusi yang baik (good executor), dan cenderung bersikap low profile.
Poin kedua adalah First Who…Then What.
Good-to-great companies selalu memulai proses transformasi dengan memilih orang-orang yang tepat (dan membuang orang-orang yang under-performance), baru kemudian menentukan ke arah mana layar perusahaan akan dilabuhkan. Spirit utama dalam elemen kedua ini bukan hanya tentang “getting the right people on the team”. Poin yang lebih penting adalah “pertanyaan tentang siapa” selalu lebih dahulu dibanding “pertanyaan tentang apa”. Good-to-great companies selalu bergerak pertama-tama dengan berpikir tentang MANUSIA, baru kemudian berbicara mengenai strategi, anggaran, struktur organisasi, dan lain-lain.
Poin ketiga adalah Confront the Brutal Facts (Yet Never Lose Faith).
Semua good-to-great companies memulai proses pertumbuhannya dengan cara confronting the brutal facts of their current reality. Good-to-Great Companies selalu menerapkan prinsip the Stockdale Paradox: atau sebuah keyakinan yang kuat bahwa kami pada akhirnya akan berhasil, meski dihadapkan pada rintangan yang amat sulit. Dan pada saat yang bersamaan, kami akan terus berani menghadapi realitas persaingan bisnis, betapapun kerasnya derap persaingan itu.
Poin keempat, good-to-great companies ternyata cenderung mirip seperti hedgehogs — sejenis entitas yang sederhana, simpel, memahami “one big thing” and stick to it. Perusahaan pembanding cenderung seperti foxes — mencoba mengetahui banyak hal, namun lack consistency.
Poin kelima adalah adalah A Culture of Discipline.
Good-to-great companies dari luar terlihat sebagai entitas yang membosankan, “garing”, biasa-biasa saja, namun jika ditelisik lebih dalam ternyata….. they’re full of people who display extreme diligence and a stunning intensity. A culture of discipline is not just about action. It is about getting disciplined people who engage in disciplined thought and who then take disciplined action. A culture of discipline ini melibatkan dua dimensi. Pada satu sisi, kultur itu menuntut para anggotanya untuk selalu mengacu pada proses dan sistem kerja yang konsisten. Pada sisi lain, ia juga memberikan kebebasan dan tanggungjawab dalam kerangka sistem itu.
Poin keenam atau terakhir adalah Technology Accelerators.
Dalam isu tentang IT ini, good-to-great companies selalu mengajukan pertanyaan : apakah aplikasi teknologi ini fit directly dengan konsep Hedgehog kami ? Jika ya, maka kami akan menjadi a pioneer in the application of that technology. Jika tidak, kami akan melupakannya. Good-to-great companies menggunakan teknologi lebih sebagai an accelerator of momentum, not a creator of it. Tidak ada satupun good-to-great companies yang memulai transformasinya dengan pioneering technology, yet they all became pioneers in the application of technology once they grasped how it fit with their strategies.
Demikianlah enam elemen kunci yang menurut Jim Collins menjadi rahasia mengapa sebuah organisasi bisnis menjadi great company. Good to Great, demikian judul bukunya.
No comments:
Post a Comment